Melihat Potensi Industri Pulp dan Kertas sebagai Perekonomian Indonesia

Industri penghasil produk kayu olahan dan turunannya, mulai dari pulp, kertas, plywood, hingga furnitur, merupakan salah satu penopang perekonomian di Indonesia. Data Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) menyebutkan bahwa kinerja produk kehutanan tercatat positif pada awal 2022. Total ekspor produk kayu pada Januari 2022 mencapai 1,23 miliar dollar Amerika Serikat (AS).

Angka ini naik sebesar 28,2 persen ketimbang Januari 2021. Untuk wilayah Uni Eropa (UE) dan Inggris, ekspor pada Januari 2022 juga tercatat mengalami kenaikan sebesar 29,69 persen dengan nilai 104,1 juta dollar AS daripada kinerja 2021 yang hanya mencapai 80,2 juta dollar AS. Catatan positif tersebut juga diimbangi oleh sumber daya dan kapasitas produksi yang tersedia di Indonesia, khususnya dalam industri pulp dan kertas. Sebagai informasi, industri pulp Indonesia menempati peringkat kedelapan di dunia dan ketiga di Asia.

Sementara itu, industri kertas menempati peringkat keenam dunia dan keempat Asia setelah China, Jepang, dan India. Perolehan tersebut didapat dari kapasitas produksi pulp yang mencapai 11,83 juta ton dan kertas sebesar 17,94 juta ton per tahun. Di tengah pandemi Covid-19, permintaan pulp dan kertas secara global masih meningkat sekitar 2,1 persen. Permintaan di dalam negeri pun tumbuh 63 persen dalam lima tahun terakhir. Untuk diketahui, saat ini, Indonesia memiliki 99 perusahaan pulp dan kertas yang tersebar di sejumlah wilayah. Produktivitas industri pulp dan kertas tak terlepas dari kondisi geologi Indonesia.

Tanah Indonesia dinilai kondusif untuk pengembangan hutan tanaman industri (HTI). Dengan iklim tropis, produksi kayu di Indonesia juga tumbuh lebih cepat ketimbang hutan di negara pesaing yang beriklim subtropis. Hal tersebut membuat Indonesia mengungguli negara-negara penghasil hutan tanaman produktif, seperti Brasil, AS, dan China.

Artikel ini telah tayang diĀ Kompas.com